Selasa, 11 Juni 2013 21:48 WIB | 382 Views
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Jakarta (ANTARA
News) - Perkumpulan Ekonomi Indonesia Jerman (EKONID) melalui program
Clean Batik Indonesia (CBI) mengajarkan perajin batik untuk membuat
karya yang ramah lingkungan.
Menurut Koordinator Program CBI,
Martin Krummeck, program ini dilaksanakan selama empat tahun dan
mengetengahkan pada produksi berkelanjutan, konsumsi berkelanjutan, dan
dialog kebijakan.
"Kami bekerja sama dengan sekitar 400 perajin
batik di berbagai provinsi," kata Krummeck saat membuka "Ecobatik
Signature Collection" di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa sore.
Dengan
konsep produksi yang ramah lingkungan, CBI memberikan pelatihan dalam
segi produksi maupun pemasaran serta pendampingan secara teknis.
"Programnya
hemat energi yaitu mengganti dengan bahan yang ramah
lingkungan dan hemat biaya produksi. Hemat bahan baku, hemat air, dan
kami merekomendasikan penggunaan warna dari bahan alami," jelas M Iqbal
dari bagian Produksi Berkelanjutan CBI.
Tomi Ardianto, salah
seorang perajin batik dari Pekalongan, Jawa Tengah mengaku menggunakan
pewarna alami seperti kunyit dan secang untuk proses pewarnaan. Selain
tumbuhan, ia juga memanfaatkan limbah organik untuk memberikan warna
pada motif batik.
"Biasanya kami pakai sampah dari dedaunan. Dari
daun mangga, misalnya, bisa untuk warna kehijauan, krem, tergantung
dari kainnya," jelasnya saat ditemui Antara News.
Tomi
menjelaskan karena yang digunakan bahan alami, warna-warna yang
dihasilkan pun terbatas. Warna-warna melalui pewarna alami ini tidak
secerah bila menggunakan pewarna kimia.
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © 2013
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/379565/batik-ramah-lingkungan-berpewarna-dari-limbah?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar